https://palu.times.co.id/
Wisata

Spot Sunrise dan Danau Asam Terbesar, Pesona Lain Wisata Kawah Ijen Banyuwangi

Jumat, 14 November 2025 - 15:03
Spot Sunrise dan Danau Asam Terbesar, Pesona Lain Wisata Kawah Ijen Banyuwangi Pemandangan danau asam terbesar Gunung Kawah Ijen dari puncak. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)

TIMES PALU, BANYUWANGI – Selama ini, nama Kawah Ijen identik dengan fenomena blue fire yang mendunia. Namun di balik pesona api biru yang menari di tengah malam itu, ternyata tersimpan keelokan lain yang tak kalah memukau yakni panorama matahari terbit dari puncak dan keagungan danau asam berwarna toska yang disebut sebagai danau kawah asam terbesar di dunia.

Pengamat geologi Banyuwangi, Abdillah Baraas, menilai sudah saatnya wisata Ijen tidak hanya terpaku pada fenomena blue fire semata. Menurutnya, perubahan kondisi alam dan penurunan aktivitas vulkanik di gunung api itu justru membuka peluang untuk mengembangkan potensi wisata lain di sekitar kawasan.

“Produksi sulfur Kawah Ijen turun dari 60 ke 20 ton per tahun dalam delapan tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa aktivitas gunung api mulai menurun dan fenomena api biru cepat atau lambat akan hilang,” jelas Abdillah, Jumat (14/11/2025).

Abdillah menyebut, penurunan aktivitas Gunung Ijen, menjadi sinyal penting untuk menata ulang arah pengembangan wisata Ijen. Terlebih, kawasan dasar kawah sejatinya termasuk zona bahaya tingkat 3 alias paling berbahaya dan berisiko.

“Yang perlu kita pahami, turun ke kawah itu berbahaya. Di dalam radius 500 meter dari kawah itu sudah area berisiko tinggi. Kalau ada yang kecelakaan di kawasan tersebut, asuransi pun tidak menanggung. Kalau penambang ya lain hal,” tegasnya.

Dengan kondisi itu, Abdillah mengajak semua pihak untuk mulai menggeser fokus wisata Ijen dari aktivitas turun ke dasar kawah untuk sekadar melihat fenomena api biru, menuju pengalaman menikmati keindahan alam di area yang lebih aman.

“Spot sunrise di puncak itu luar biasa dan bahkan bisa menikmati pemandangan Selat Bali. Banyak pemandu juga bilang, menikmati sunrise jauh lebih memukau dibanding sekadar mengejar blue fire,” tuturnya.

General Manager UNESCO Global Geopark Ijen itu menilai, penutupan akses ke kawah beberapa waktu lalu seharusnya menjadi refleksi bersama bahwa Ijen tidak bisa hanya dilihat dari api birunya.

Selain panorama sunrise, kawasan ini juga menyimpan potensi besar untuk dikembangkan menjadi wisata minat khusus dan wisata edukasi kebumian.

“Di puncak Kawah Ijen, para pelancong juga bisa melihat gugusan pegunungan mulai Raung hingga Merpai Ungup-ungup, di mana terbentuk setelah 50 ribu tahun lalu. Dari sana bisa terlihat kaldera ijen purba yang meletus dahsyat pada masa 70 ribu tahun lalu,” ujar Abdillah.

Abdillah juga menyoroti pentingnya keselamatan dan penerapan prinsip Sapta Pesona sebagai pondasi utama dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Ijen.

“Yang pertama itu aman dulu. Aman, tertib, bersih, dan tentu ramah bagi pengunjung. Tinggal percaya diri saja ke depan untuk mengemas potensi ini,” tambahnya.

Abdillah juga menyebut bahwa di desa penyangga sekitar Kawah Ijen, terdapat beragam atraksi wisata yang tak kalah menarik dan layak dikembangkan bersama. Menurutnya, kawasan-kawasan ini justru menjadi penopang penting ekosistem pariwisata Ijen ke depan.

Mulai dari keberadaan Sendang Seruni, program edukasi pengolahan belerang di Jambu, Taman Terakota, hingga wisata kebun kopi dan aktivitas perah susu, seluruhnya dinilai memiliki nilai edukasi yang tinggi jika dihidupkan bersama.

“Maka ayo kita ramaikan bersama bagaimana Ijen ini bermanfaat juga untuk destinasi di desa sekitar,” ajak Abdillah.

Sebagai informasi, fenomena api biru di Kawah Ijen beberapa hari terakhir menghilang. Kondisi ini terjadi akibat proses perawatan pipa sistem gas yang tengah dilakukan oleh PT Candi Ngrimbi, selaku pemegang izin pengelola kawasan tambang belerang Ijen.

Dengan daya tarik alam yang begitu kaya, Kawah Ijen kini tak lagi sekadar tentang api biru di kegelapan malam. Ia adalah tentang cahaya mentari pertama yang menyingkap selimut kabut, dan tentang danau toska megah yang menyimpan cerita geologi ribuan tahun. (*)

Pewarta : Muhamad Ikromil Aufa
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Palu just now

Welcome to TIMES Palu

TIMES Palu is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.